Risiko Privasi Aplikasi iPhone dan iPad Lebih Besar Daripada Android

Aplikasi Android sering dianggap membawa malware dan virus. Meskipun saya tak pernah mengalaminya, namun banyak sekali berita yang mengatakan bahwa risiko terkena virus atau malware lebih besar di Android. Tidak tahu juga, apakah ini semacam kampanye negatif untuk menghadang laju Android yang makin hari makin tidak terbendung.

Namun jika melihat berita terkini, setiap platform atau OS smartphone/tablet memiliki kekurangannya masing-masing. Baru-baru ini sebuah studi yang dilakukan oleh Appthority menunjukkan bahwa aplikasi gratis di iPhone dan iPad (iOS Apple Inc.) memiliki risiko privasi yang lebih besar dibandingkan aplikasi gratis di Android. Appthority menunjukkan bahwa 60% dari 10 aplikasi top di pasar aplikasi AppStore yang terdiri dari lima kategori disinyalir membagi data pengguna kepada pengiklan dan perusahaan analitik, sedangkan di Android hanya 50%. 

Lebih jauh sebagaimana dicatat oleh readwrite:
 A full 60% of iOS apps gathered your location data, 54% vacuumed up your contact lists and 14% siphoned information from your calendar. With Android apps, those percentages were 42%, 20% and zero
Pertanyaannya tentu saja mengapa aplikasi gratis di AppStore Apple Inc. lebih berisiko secara privasi? 


Pertama, pengiklan mau membayar lebih mahal terhadap data pengguna iOS. Dengan demikian developer terdorong untuk mengumpulkan data pengguna sebanyak mungkin. Seterusnya karena aplikasi developer ini gratisan, tentu saja mereka hanya dibayar dari iklan yang muncul di aplikasi mereka. Makin banyak informasi pengguna yang dimiliki developer, seperti tempat tinggal, kontak dan lainnya, menjadi senjata bagus bagi developer memperoleh uang dari jaringan iklan. Informasi pengguna yang dibagi tersebut tentu saja bisa mengarahkan iklan yang tampil lebih baik.

Kedua, developer di iOS iPhone dan iPad lebih banyak sehingga persaingan untuk merebut pengguna lebih keras. Jika menggunakan cara bersaing biasa mungkin mereka tidak akan laku sehinga mereka mengkompromikan data pengguna yang mereka kumpulkan melalui aplikasi yang dipakai pengguna. Data pengguna ini tentu saja makanan empuk jaringan pengiklan untuk menghasilkan iklan yang lebih tepat sasaran.

Ketiga harga aplikasi murah atau bahkan gratis. Dengan harga yang murah bahkan gratis tentu saja akan sulit bagi developer untuk bisa memperoleh keuntungan. Nah dengan mengkompromikan privasi pengguna, developer dapat meraih lebih banyak uang dari jaringan pengiklan.

Jika kita lihat aplikasi gratis lebih banyak di Google Play dibandingkan AppStore Apple Inc., namun berdasarkan studi di atas ternyata risiko privasinya lebih kecil. Tampaknya daya tarik pengguna iOS yang biasanya sangat banyak menggunakan aplikasi serta digadang-gadang sebagai pengguna kelas elite menjadi alasan bagi besarnya risiko privasi di aplikasi gratis di iPhone dan iPad.

Google Plus Luncurkan Fitur Google+ Sign In

Media sosial Google, Google Plus menambah langkah maju mereka untuk terus bisa bersaing dengan Facebook. Laporan terdahulu menyebutkan bahwa Google Plus kini berada di posisi kedua dalam hal banyaknya pengguna yang aktif. Dengan demikian Google Plus yang dikatakan Ghost Town oleh beberapa orang sebelumnya telah mengalahkan media sosial yang lebih dahulu seperti Twitter.

Untuk terus meningkatkan kenyamanan penggunanya, hari ini Google Plus meluncurkan fitur Sign In. Fitur ini mirip dengan fitut Facebook Connect, di mana jika anda sudah punya akun Google Plus anda bisa menautkan akun tersebut untuk Sign In di halaman yang anda kunjungi. Jadi anda tidak perlu repot untuk melakukan Sign Up.

Tentu saja fitur Sign In ini bisa memicu Frictionless Sharing yang terjadi di Facebook. Jika anda menggunakan fitur Facebook Connect, News Feed anda secara langsung akan dipenuhi oleh update dari halaman atau aplikasi yang anda masuki dengan akun Facebook. Hal ini tentu sangat merugikan karena anda belum tentu suka semua yang diberikan oleh halaman atau aplikasi tersebut. Fitur ini kemudian mendapat kritik keras dari pemerhati privasi dan Facebook terpaksa untuk menundanya atau bahkan mungkin sudah mematikannya.

Google Plus juga tidak ingin terjebak dalam masalah yang sama. Dalam blog yang menandai diluncurkannnya fitur Sign In, Google mengatakan empat alasan mengapa mereka meluncurkan fitur yang mirip dengan Facebook Connect tersebut, yaitu.

1. Simplicity
Dengan menggunakan fitur Sign In anda tidak perlu repot untuk sign up terhadap halaman atau aplikasi tertentu. Ini memberikan kemudahan. Namun jangan khawatir, meskipun simple Google tidak melupakan unsur keamanan. Ketika anda menggunakan profil Google/Google Plus untuk aplikasi tertentu akan ada permission screen yang meminta persetujuan anda dan tidak lupa adanya perlindungan dari two step verification.

2. Simultan Desktop dan Mobile
Bila anda mengunjungi aplikasi atau halaman tertentu dan Sign In dengan profil Google Plus anda, aplikasi tersebut akan bisa anda download dengan hanya satu klik. Misalnya anda mengunjungi halaman fancy.com, lalu Sign In dengan profil Google Plus anda, anda bisa langsung install aplikasi Fancy di smartphone dan tablet Android anda. Nantinya aplikasi akan langsung terdownload ke smartphone atau tablet anda setelah anda mengaktifkannya, tanpa harus ke Google Play lagi.

3. Sharing terbatas, bukan tanpa batas
Meskipun anda menggunakan profil Google Plus anda untuk halaman atau aplikasi tertentu, anda bisa memutuskan dengan siapa saja halaman atau aplikasi tersebut anda bagi. Dengan adanya Circles di Google Plus anda akan berbagi dengan orang-orang yang tepat di jalur pertemanan anda. Ini dengan sendirinya akan menghindari spam dengan menghindarkan anda dari rasa benci follower anda yang terus-terusan memperoleh update yang tidak diinginkannya.

4. Stream Interaktif
Bila anda berbagi sesuatu dengan Circles anda melalui aplikasi yang anda Sign In  dengan profil Google Plus, hal tersebut akan terlihat di stream dan tentu saja teman anda akan melihatnya. Namun jangan khawatir, jika anda berbagi hal tersebut akan terlihat interactive post. Jika mereka tidak melakukan klik terhadap apa yang anda bagi, mereka tidak akan masuk ke aplikasi atau halaman tersebut. Jadi tidak otomatis Sign In


Dengan demikian, meskipun fitur ini sangat mirip dengan Facebook Connect, Google tidak menerapkannya secara serampangan. Privasi pengguna sangat diutamakan, demikian juga kemanannya. Meskipun anda Sign In untuk aplikasi tertentu dan membaginya di stream, belum tentu teman anda yang anda bagi akan ikut aplikasi tersebut secara oromatis. Semuanya memiliki pertimbangan privasi sehingga lebih aman dan tidak menimbulkan spam.

Hal ini sebuah kemajuan karena pengguna memiliki kekuatan opt out yang jelas dari berbagai aplikasi atau halaman yang dibagi oleh teman-teman mereka. Hal ini tentu sangat berbeda dengan Facebook Connect. Untuk langkah pertama, Google telah bekerja sama dengan berbagai halaman dan aplikasi seperti Fancy, Guardian, Fitbit, Flixster, Shazam dan beberapa lainnya. Tentunya diharapkan oleh Google, seiring berjalannya waktu akan makin banyak halaman dan aplikasi yang menyertakan fitur Sign In ini di halaman dan aplikasi mereka.

Internet Kencang dengan Indosat Super Wifi

Kebutuhan internet yang kencang sudah menjadi hal yangk sangat memdesak di zaman serba internet ini. Selama ini jika anda berlangganan paket internet tertentu biasanya keepatannya sesuai dengan paket yang anda beli. Saya sendiri merupakan orang yanhg sangat connected jadi membnuthkan koneksi tanpa putus.
Paket internet yang saya beli paling tinggi kecepatannya 7,2 mbps. Kecepatan tersebut jarang sekali tercapai malah sering tidak konsisten karena sinyal yang tidak merata.
Untunglah saya berlangganan dengan operator Indosat. Dengan memiliki kartu indosat seperti mentari dan IM3 saya bisa menikmati layanan gratis yaitu Indosat Super Wifi. Hal ini merupakan kelebihan yang bisa dinikmati pelanggan indosat.
Hari ini tanggal 23 februari 2013 saya berkesepatan mencoba langsung indosat super wifi. Tentunya saya ingin membuktikan kecepatan indosat super wifi apakah seperti yang diiklankan.
Pertama tentu saja cara untuk melakukan koneksi. Karena saya pengguna android langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Masuk ke menu setting kondisikan wifi on.
2. Setelah wifi on nanti akan trlihat beberap pilihan yaitu indosatnet, indosatnet-guest dan indosat. Pilih indosat.
3. Pada menu EAP pilih PEAP dan pilih identitas SIM.
4. Kemudian klik Connect
Anda sudah tersambung dengan jaringan super wifi indosat dan bisa browsing donwload dan nonton youtube sepuasanya.
Nah bagaimana pengalaman saya ketika menggunakan indosat superwifi?

Saya rasa ini sebuah kemajuan. Menikmati internet kencang ketika anda di tempat publik dengan cara yang lebih aman. Browsing saangat cepat, menonton youtube lancar dan apalagi hanya sekadar bersosial media lewat facebook dan twitter.

Dengan kecepatan hingga 20 mbps tentu saja sangat kencang. Kecepatan ini sangat tergantung kepada seberapa banyak pengguna yang menggunakan di saat yang bersamaan. Ketika saya mencobanya dengan speed test kecepatannya masih bagus. Sebagian teman ada yang merasakan kecepatan hingga 8 mbps.

Namun saya karena memakai saat pengguna sudah sangat banyak maka hanya mendapatkan kecepatan yang biasa saja.

Ini artinya superwifi indosat ini sangat bergantung kepada banyaknya pengguna. Menurut perwakilan indosat batas pengguna sebenarnya tidak ada tapi dengan makin banyak pengguna akan semakin turun kecepatannya. Apalagi saat acara test ini berlangsung ada lebih 50 orang yang menggunakan indosat superwifi secara bersamaan.

Hal yang sangat penting adalah solusi yang diberikan indosat dengan inovasi indosat superwifi. Bila anda di tempat publik yang ada  indosat superwifinya kini tak perlu lagi menggunakan paket internet yang anda beli. Cukup gunakan indosatsuperwifi.

Dengan demikian pelanggan indosat punya pilihan yang cukup bagus bila berada di mall, restoran dan tempat poublik lainnya. Cukup aktifkan indosat superwifi anda akan hemat paket internet anda.

Google Chromebook Pixel Untuk Pengguna Laptop Premium

Chromebook Pixel
Selama ini Google akrab dengan produk berharga murah atau diberikan subsidi oleh Google. Contoh smartphone Nexus 4 merupakan handset yang dijual dengan harga subsidi. Istilahnya harganya lebih mahal sebenarnya, namun menjadi murah karena Google memberikan subsidi per handset yang terjual.

Trend handset dengan harga murah tersebut kali ini tidak berlaku. Semalam, Google resmi meluncurkan laptop premium yang rumornya telah beredar beberapa hari yang lalu, yaitu Chromebook Pixel. Harga laptop ini bahkan lebih mahal dari laptop Apple MacBook Air 13 inchi. Google mematok harga laptop Chromebook Pixel versi Wifi seharga 1.299 dollar AS dan nanti di bulan April akan tersedia versi 4G LTE dengan harga 1.449 dollar AS.

Tentu saja timbul pertanyaan besar mengapa Google sangat berani mematok harga tinggi bagi laptop premium mereka. Selama ini kita mengenal laptop Chromebook yang dibuat oleh Samsung, Acer dan mungkin nanti HP berharga sangat murah. Harga sangat murah ini menjadi penarik cukup besar bagi konsumen sehingga Samsung Chromebook sempat menjadi Best Seller di Amazon.

Seperti diketahui, laptop Chromebook ini ber-OS Chrome dan sangat mengandalkan cloud computing. Sistem operasinya adalah browser Chrome yang dilindungi antivirus sehingga konsumen tidak perlu lagi membeli antivirus baru. Segala aktifitas pengguna sangat terkait dengan internet sehingga laptop Chromebook ditujukan untuk heavy internet user.

Falsafah tersebut sebenarnya tidak berubah. Google masih sangat mengandalkan koneksi internet untuk Chromebook Pixel. Namun terdapat sangat banyak peningkatan dari seri Chromebook versi murah sebelumnya. 

Spesifikasinya versi wifi-nya, sesuai dengan laptop premium bisa dikatakan premium. Prosesor 1,8 dual core i5, lebar layar 12,85 inchi dengan ratio 3:2. Resolusi layar yang diberikan Chromebook Pixel merupakan resolusi tertinggi dari laptop yang pernah ada, yaitu 2560 x 1700 dengan kedalaman pixel 239 PPI. Chromebook Pixel memiliki RAM 4 GB, memiliki layar touch screen dan spesifikasi premium lainnya. Pengguna yang membeli Chromebook Pixel memperoleh penyimpanan cloud gratis sebesar 1 TB selama 3 tahun via Google Drive. Google memberikan storage fisik di versi wifi sebanyak 32 GB dan 64 GB untuk versi 4G LTE.

Google tidak menyebutkan vendor mana yang memproduksi Chromebook Pixel, namun memberikan clue bahwa laptop premium ini dirakit di Taiwan.

Dengan spesifikasi dan harga premium seperti di atas, Google memang tidak menyasar pasar kebanyakan. Dalam peluncurannya,  Google VP Sundar Pichai  mengatakan bahwa laptop ini dirancang untuk mereka yang tergolong Power User yang beraktifitas dan sangat tergantung kepada cloud computing. Jadi tidak heran kalau harganya cukup mahal. Ini artinya Google menyasar pasar niche, di mana di sana terdapat pengguna yang mungkin tidak memperhitungkan harga demi kelancaran aktifitas mereka di cloud computing.

Dengan demikian alasan Google melanggar kebiasaan harga murah handset yang mereka hasilkan sebenarnya masuk akal. Pengguna biasa dapat membeli Chromebook dari Samsung atau Acer yang harganya sangat murah sekitar kurang dari 300 dollar AS saja. Bagi pengguna premium Google memberikan pilihan Chromebook Pixel produk premium dengan harga dan layanan yang dijanjikan Google juga premium.

Tentunya sudah banyak artikel tentang Chromebook Pixel ini. Sebagian mempertanyakan harganya yang dikatakan tidak sesuai mengingat laptop ini tidak ber-OS fisik seperti layaknya laptop MacBook atau laptop ber-OS Windows. Hal ini tentu menjadikan laptop premium Google ini akan sulit bersaing mengingat sebagian besar pengguna masihlah belum akrab dengan cloud computing. Mungkin saja pengguna lebih memilih MacBook Air karena selain lebih murah, OS-nya terinstall di dalam komputer tidak perlu harus selalu koneksi internet.

Google memiliki pemikiran yang berbeda. Mengingat mereka sangat kuat dalam hal penyimpanan cloud, kekuatan ini mereka manfaatkan untuk produk mereka. Chromebook merupakan laptop yang ringan karena hampir tidak ada storage fisik sehingga beratnya jauh berkurang dari laptop biasa. Dengan mengandalkan cloud computing Google merancang laptop yang portable, tidak ber-OS yang terinstal di komputer dan telah dilindungi antivirus.

Dengan hal ini Google membawa konsumen ke pengalaman baru komputer berbasis cloud yang akan menjadi trend beberapa waktu ke depan. Chromebook Pixel dengan spesifikasi premium ditujukan untuk kalangan tertentu yang sudah mature di cloud computing, Bagi mereka yang baru ingin mencoba ada versi murah Chromebook buatan Samsung dan Acer.

Dengan diluncurkannya Chromebook Pixel, deretan produk fisik Google bertambah. Setelah smartphone, tablet Chromebook entry level dan kini Chromebook Pixel. Hal ini tentu saja makin menambah kencang rumor Google Store yang isunya akan diresmikan pada akhir tahun 2013 ini.

Kita tunggu saja.

Review: AXIS Pro Basic Vs Telkomsel Samsung Galaxy

Kebutuhan internet mobile kini semakin meningkat. Dengan makin bertambahnya perangkat mobile, jelas saja makin banyak konsumen yang ingin tersambung internet. Provider telekomunikasi pun menyikapinya dengan meluncurkan paket internet murah. Dalam paket ini tentu saja full service dengan kuota tertentu. Misalnya Rp49.000 dengan kuota 1,7 GB atau 2 GB.

Beberapa waktu lalu, saya menjadi pelanggan AXIS yang menawarkan paket internet murah seharga Rp49.000,00 dengan kuota 1,7 GB (total kuota setelah bonus). Saya sangat senang dengan paket ini. Sejak awal Oktober 2012 saya menjadi pelanggan AXIS dan hampir tidak menemui hambatan ketika melakukan browsing atau beraktifitas di media sosial. Paket dari AXIS ini juga pernah saya bawa jalan-jalan ke Sumatera Barat dan berjalan sangat lancar.

Beberapa hari yang lalu saya mencoba paket Samsung Galaxy dari Telkomsel. Kebetulan saya menggunakan Samsung Galaxy Note edisi pertama yang sudah ditingkatkan ke Ice Cream Sandwich. Sebenarnya sudah lama ingin mencoba karena tergiur oleh iklan yang terus berdatangan di time line Twitter. Namun baru beberapa hari yang lalu terlaksana. 

Kira-kira bagaimana performa kedua paket murah internet AXIS dan Telkomsel ini? Coba kita telusuri berikut ini.

1. AXIS Pro Basic
Setiap kali menggunakan sebuah provider baru di smartphone, hal pertama yang saya uji adalah kecepatannya. Dengan menggunakan SpeedTest, saya menguji kecepatan download AXIS. Kecepatannya sungguh tidak mengecewakan. Ketika pengujian, saya lakukan print screen yang sangat mudah dengan menggunakan S-Pen Galaxy Note. Hasilnya bisa dilihat seperti berikut ini.

Kecepatan Download AXIS
Kecepatan Download yang cukup besar tersebut terbukti ketika saya mendownload sebuah game berukuran 39 MB. Tidak sampai empat menit, game tersebut terdownload dan siap dimainkan.
Download game sebesar 39 MB
Hal yang perlu lebih diperhatikan adalah kekuatan sinyal. Pada awal bulan Oktober 2012 yang lalu, ketika itu saya masih menggunakan tablet Samsung Galaxy Tab, kekuatan sinyal AXIS bisa dikatakan sangat merata, baik di luar maupun di dalam ruangan. Sampai dengan akhir tahun 2012, saya jarang sekali mendapatlan sinyal EDGE, selalu saja 3G HSDPA. Namun beberapa waktu ke belakang, seiring dengan pertumbuhan pelanggannya saya makin sering bertemu sinyal EDGE, bahkan di luar ruangan seperti di jalur tol Jagorawi yang biasanya 3G HSDPA. 



Sinya HSDPA sering hilang
Namun secara keseluruhan saya sangat senang dengan AXIS, terutama kecepatan downloadnya. Ketidakmerataan kekuatan sinyal saya kira masalah hampir semua provider telekomunikasi Indonesia. Perlu juga dicatat, karena berdasarkan kuota, bila mendekati akhir masa aktif penggunaan dan mendekati jumlah kuota kecepatan internetnya akan disesuaikan. Ini artinya kemungkinan besar anda hanya akan menikmati kecepatan EDGE bila kuota hampir terpenuhi.

2. Paket Samsung Galaxy Telkomsel
Paket ini diluncurkan oleh Telkomsel karena Samsung Galaxy merupakan smartphone yang cukup laku di Indonesia. Dengan berbagai variannya, mulai dari yang termurah harganya seperti Galaxy Y sampai yang termahal seperti Galaxy S 3 dan Galaxy Note 2, Samsung memang perlu mendapatkan perlakuan istimewa dari Telkomsel. 

Paket ini berharga sama dengan AXIS Pro Basic, yaitu Rp49.000 sebulan, namun kuotanya lebih besar, yaitu 2 GB. Dalam keterangannya Telkomsel mengatakan bahwa pelanggan memperoleh paket Flash sebanyak 1 GB dan 1 GB lainnya merupakan paket 3G. Saya tidak mengerti betul dengan hal ini karena selama berlangganan AXIS hal ini tidak saya temui.

Pertama-tama tentu saha saya melakukan uji kecepatan download. Dengan tempat berdiri yang sama ketika saya melakukan uji kecepatan download AXIS, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut (test dilakukan dua kali)
Test 1
.
Test 2
Pada test pertama dihasilkan kecepatan download hanya 755 kbps. Lalu tes saya ulangi lagi dan mendapatkan kecepatan 1.135 kbps. Angka ini tentu saja berada jauh di bawah AXIS yang mencapai 3.000 kbps. Kelambanan kecepatan download Telkomsel sangat terasa ketika mendownload aplikasi. Untuk mendownload aplikasi yang sebesar 20 MB cukup lama menunggu.

Selain itu, karena tuntutan pekerjaan saya setiap saat selalu menengok halaman Facebook Fan Page yang saya kelola. Selama ini saya hampir tidak pernah kehilangan koneksi ketika menggunakan AXIS, namun ketika beralih ke Telkomsel hal ini saya alami. Perhatikan gambar berikut.
Network Error
Demikian pula kala melakukan Tweet. Ketika menggunakan AXIS gambar berikut ini hampir tidak pernah terjadi. Namun ketika beralih menggunakan Telkomsel, saya mengalaminya.
403
Bukan hanya ketika menggunakan aplikasi Tweetcaster saja saya mengalami hal ini. Ketika menggunakan Twitter for Android, tweet sering menjadi draft dulu. Artinya tweet tidak terkirim dan harus dikirim kembali, artinya butuh usaha lebih banyak hanya untuk melakukan tweet. 

Hal yang cukup menyenangkan saya yang diberikan Telkomsel adalah sinyalnya yang masih bagus ketika di dalam ruangan. Biasanya kalau menggunakan AXIS, untuk memperoleh sinyal 3G HSDPA saya harus keluar rumah. Namun dengan Telkomsel hal ini tidak perlu. Meski kadang terjadi error seperti di atas sinyal Telkomsel masih berada di 3G HSDPA. 

Nah demikian review singkat saya tentang paket murah internet AXIS versus Telkomsel. Saya rasa kedua paket ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Google Segera Buka Toko Ritel Sendiri

Google Store
Di antara raksasa teknologi dunia, Google jelas tertinggal dalam hal toko ritel. Dalam hal toko ritel ini, Apple Inc. menjadi leader karena tidak hanya jumlah toko yang sangat banyak, tetapi juga pengunjung serta penjualannya yang sangat bagus. Diperkirakan sedikitnya ada 300 juta pengunjung toko ritel Apple Inc semenjak Oktober 2011. Langkah Apple Inc. ini kemudian diikuti oleh Microsoft. Microsoft mungkin menyadari betapa pentingnya toko ritel bagi mereka sehingga berencana membangun sebanyak mungkin toko ritel untuk produk mereka.  

Tentu saja Google sampai saat ini belum memiliki satupun toko ritel milik mereka sendiri. Biasanya mereka punya spot tertentu di toko eletronik lain untuk memajang produk mereka seperti ChromeBook. Namun dengan  hanya spot yang sangat kecil mungkin kurang cocok dengan Google yang produknya semakin hari semakin bertambah sehingga sangat logis bagi Google mendirikan toko ritel sendiri.

Beberapa artikel di situs teknologi hari ini mengindikasikan kemungkinan Google mendirikan toko ritel milik mereka sendiri. Bagi saya tentu sangat logis Google membuka toko ritel miliki sendiri agar konsumen lebih bisa berinteraksi dengan produk-produk Google seperti Nexus 4 yang sangat laku.

Pembukaan toko ritel Google ini tentu saja akan men-drive pengunjung untuk berkunjung dan mencoba produk Google. Dengan demikian, konsumen dapat langsung mencoba dan memutuskan untuk membeli apa yang mereka inginkan, apakah smartphone, tablet, Google TV, atau sekadar mencoba produk masa depan seperti Google Glass dan Driverless Car.

Saya rasa kebutuhan toko ritel bagi Google juga akan semakin meningkat terkait dengan Google Glass. Dengan harga awal 1.000 USD, tentu saja konsumen ingin betul-betul mengetahui kemampuan kacamata khusus ini sehingga kemudian bisa memutuskan untuk membeli. Jika ternyata tidak dapat mencoba langsung, tentu saja akan masih ada keraguan konsumen untuk membeli. Dengan adanya toko ritel, Google bisa menempatkan (paling tidak prototipe) dari Google Glass sehingga konsumen bisa mencobanya.

Bila kita lihat di sisi lain, seperti smartphone dan tablet, Nexus 4 dan Nexus 10 cukup bagus responnya dari konsumen. Khusus untuk Nexus 4 seringkali di Google Play mengalami out of stock karena ketersediaan yang sangat sedikit. Ini mengindikasikan bahwa brand Nexus semakin banyak peminatnya. Peminat ini tentu saja terlebih dahulu ingin mencoba dan kemudian memutuskan untuk membeli. Dengan adanya toko ritel Google keinginan konsumen tersebut bisa terwujud.

Ujungnya tentu saja Google bisa meningkatkan penjualan produk fisik mereka. Perlu kita ketahui, sebagian besar pendapatan Google berasal dari iklan online. Dengan adanya toko ritel, variasi pendapatan Google akan bertambah dan bisa menjadi jalan yang cukup bagus untuk terus mem-push karyawan Google agar bisa menghasilkan produk fisik yang lebih banyak.

Namun tentunya, pendirian toko ritel tersebut bukan tanpa masalah. Pertama, toko ritel merupakan investasi jangka panjang. Hal ini akan memberikan risiko keuangan bagi Google. Terutama dari sisi pengeluaran, jelas sekali Google akan mengucurkan banyak uang bagi pendirian toko ritel. Hal ini setidaknya akan memengaruhi kondisi keuangan Google. Artinya butuh analisis yang lebih mendalam apakah toko titel Google benar-benar dibutuhkan karena selama ini Google masih bisa memiliki spot tertentu di toko elektronik lain dengan biaya yang jauh lebih rendah.Jika masih bisa menampilkan produk dengan biaya rendah, mengapa harus mendirikan toko ritel sendiri.

Kedua, pada dasarnya Google bukanlah perusahaan yang bisa mengontrol produknya secara end to end seperti Apple Inc. Google bukanlah perusahaan hardware dan software sekaligus seperti Apple Inc. Ini artinya Google bergantung kepada perusahaan lain untuk menghasilkan produk hardware mereka seperti smartphone dan tablet serta laptop ChromeBook. Dengan demikian, Google tidak bisa mengontrol ketersediaan produk yang bisa saja kurang atau berlebih untuk suatu toko tertentu. Kasus sold out-nya Nexus 4 bisa dijadikan contoh betapa Google sangat lemah dalam memprediksi kebutuhan konsumen sehingga memesan sangat sedikit Nexus 4 kepada LG.

Ketiga, sebenarnya produk Google hanya dimiliki setengah saja oleh Google. Mengapa demikian? Meskipun memiliki brand Nexus untuk smartphone dan tablet, produk tersebut merupakan buatan LG, Samsung dan ASUS. Demikian juga laptop ChromeBook  yang dibuat oleh ACER dan Samsung. Ini artinya masing-masing perusahaan tersebur juga telah menjual produk Google di toko ritel mereka sehingga jika Google masih mendirikan toko ritel sendiri mungkin akan mubazir.

Keempat, Google perlu merekrut karyawan baru untuk toko ritel mereka. Tidak hanya akan menambah karyawan (kini jumlahnya lebih dari 53 ribu di seluruh dunia) Google pun perlu melatih mereka agar terampil menjajakan produk Google. Hal ini tentu bukan perkara mudah, baik dari sisi perekrutan, biaya maupun jumlah karyawan yang semakin membengkak.  

Alasan tersebut di atas merupakan sebagian dari alasan mengapa Google tidak seharusnya mendirikan toko ritel sendiri. Google mungkin hanya perlu menggenjot penampilan mereka di toko-toko elektronik seperti Best Buy sehingga bisa menjual lebih banyak dengan biaya yang lebih murah. Jikapun dibutuhkan toko ritel mungkin hanya untuk produk yang benar-benar dihasilkan oleh Google, seperti Google Glass dan internet super cepat. Hal ini akan mendorong Google membuat Speciality Store yang hanya menjual produk miliki Google sendiri secara eksklusif.

BlackBerry Z10 Black Market Laris Manis?

BlackBerry Z10
BlackBerry mungkin kini mulai bisa tersenyum melihat konsumen Indonesia yang antusias dengan smartphone terbaru mereka BlackBerry Z10. Baru dua hari yang lalu, sebuah operator memperkenalkan seri terbaru BlackBerry ini kepada publik, namun animo konsumen untuk memperoleh smartphone ini sesegera mungkin sudah terlihat. Apalagi sebenarnya secara resmi BlackBerry Z10 baru akan dirilis pada bulan Maret mendatang.

Dikutip dari detik, BlackBerry Z10 Black Market laris manis di Batam. Harga di Batam sekitar 11 juta rupiah, sedangkan di Jakarta 14 juta rupiah. Berita di detik.com ini (jika benar, namun saya meragukannya) merupakan pertanda bahwa sebagian konsumen sudah tidak sabar untuk memiliki BlackBerry Z10 yang harga resminya hanya 7 jutaan ini.

Berita di detik.com juga tidak menunjukkan seberapa unit sebenarnya BlackBerry Z10 yang laku hingga bisa dimasukkan ke dalam kategori "Laris Manis". Apakah bila laku 10-20 unit bisa dikatakan laris manis. Jangan-jangan berita ini hanya untuk warming up menunggu kedatangan BlackBerry Z10 yang resmi.

OK. Kita anggaplah berita tersebut bisa diterima kebenarannya. Melihat harga yang hampir dua kali lipat dari harga resmi (14 juta di Jakarta) saya rasa dengan kata laris manis berarti konsumen Indonesia bisa dikatakan sangat bodoh. Mengapa demikian?

Secara sistem operasi BlakBerry Z10 memang menggunakan software terbaru BB10. Namun dari beberapa review saya tak melihat hype yang terlalu besar di Amerika Serikat terutama.  Benar bahwa dilaporkan di Inggris dan Kanada BlackBerry Z10 laris, namun hingga kini tidak diperoleh data seberapa banyak handset yang terjual.

Jika ada hanyalah hype yang biasa. Selain itu, secara aplikasi BlackBerry Z10 ini masih miskin aplikasi. Benar bahwa ada sekitar 70.000 aplikasi di market, namun 40% merupakan porting dari Android. Artinya aplikasi tersebut bukan sengaja dibuat untuk BlackBerry Z10, tetapi merupakan aplikasi Android yang dipindahkan ke BlackBerry Z10. Artinya lagi tentu saja aplikasi tersebut bukanlah native apps sehingga akan mengalami berbagai kendala dalam penggunaannya.

Dengan harga 11 -14 juta orang yang membeli BlackBerry Z10 black market ini juga terasa benar bodohnya. Saya rasa, jika iPhone masihlah logis untuk mencari produk black market-nya karena brand Apple sangat kuat. Dan lagi secara garansi Apple memberikan garansi internasional. Dengan garansi internasional anda bisa mengklaim di manapun meskipun tempat anda membeli berbeda dengan tempat melakukan klaim.

Berbeda dengan BlackBerry black market yang mungkin tidak dilindungi dengan garansi. Setahu saya waktu pernah membeli BlackBerry BM dahulu, garansi hanya garansi toko dan waktunya pun terbatas. Dengan demikian, akan sangat berisiko membeli BlackBerry Z10 black market karena smartphone ini belum teruji ketangguhannya.

Namun tentu semua berpulang kepada diri konsumen juga. Jika benar laris manis seperti yang diberitakan, alangkah aneh konsumen Indonesia. Barang black market dengan harga yang sangat mahal diserbu. Dan sudah seharusnya BlackBerry berterima kasih kepada mereka karena di negara lain BlackBerry masih terpuruk.

Vertu Ti, Smartphone Android Termahal di Dunia

The New Vertu Ti
Masih ingat Vertu? Vertu merupakan divisi ponsel mewah dari Nokia yang dulunya meluncurkan ponsel mewah berbasis Symbian. Keunikan Vertu adalah ponsel yang dihasilkannya berharga sangat mahal dan dikonsumsi oleh hanya kalangan terbatas. Setelah dijual oleh Nokia, Vertu otomatis juga meninggalkan Symbian dan beralih ke Android Google.

Beberapa waktu yang lalu, tersiar kabar bahwa Vertu akan segera meluncurkan smartphone mewah mereka yang pertama setelah tidak lagi menjadi bagian Nokia. Waktu itu Vertu disebutkan akan menghasilkan smartphone berbasis Android Google. Kabar tersebut menemui kebenarannya dengan hadirnya Vertu Ti. Vertu Ti merupakan smartphone Android termahal saat ini (dan mungkin saja smartphone termahal di dunia) karena harganya tidak tanggung-tanggung 10.000 Dollar AS (sekitar Rp98.000.000,00, jika kurs Rp9.800).

Kira-kira apa yang membuat Verti Ti ini mahal? Jika kita liha spesifikasinya tidaklah terlalu bagus untuk sebuah smartphone dengan predikat termahal di dunia. Vertu Ti berjalan pada Android 4.0 Ice Cream Sandwich. Vertu Ti dilengkapi dengan kamera 8 megapiksel di belakang dan 1,3 megapiksel di depan. Hal yang sangat kurang pada seri smartphone termahal ini adalah luas layar yang hanya 3,7 inchi. Ini merupakan sebuah kekurangan mengingat smartphone Android kini berlomba-lomba dalam luasnya layar. Vertu menggunakan layar Sapphire Crystal yang mereka klaim tahan goresan

Berbicara soal prosesor, Vertu Ti memakai prosesor 1,7 GHz dual core. Media penyimpanan internal sebesar 64 GB dan badannya dibalut dengan bahan Titanium yang di-polished dengan emas merah 18 karat. Berat Vertu Ti diperkirakan antara 181 gram sampai 201 gram. Ini mungkin disebabkan oleh bahan Titanium yang dipakai. Bila kita lihat berat ini jauh melebihi smartphone-smartphone canggih saat ini, seperti Samsung Galaxy S3 atau iPhone 5.

Bagi orang awam tentu saja harga Vertu Ti ini akan terasa sangat mahal. Saya percaya, Vertu membuat Vertu Ti bukan hanya untuk fungsinya sebagai smartphone. Secara fungsi Android satu jutaan, juga sudah sangat memadai untuk berselancar di internet atau menerima email. Vertu Ti justru dibuat sebagai penanda kelas tertentu. Di sini yang ditonjolkan adalah kesan mewah sebuah smartphone yang dibalut bahan Titanium berlapis emas 18 karat.

Jadi yang dijual oleh Vertu tentu saja bukan fungsi smartphone Vertu Ti. Vertu menjual kemewahan ponsel untuk kalangan tertentu yang ingin mengoleksi barang berharga berupa smartphone. Jadi selain emas dan perak, kini masyarakat bisa mengoleksi smartphone sebagai barang berharga.

Note: ReadWrite.com berkontribusi dalam artikel ini

Android Must Have Application: Flipboard

Pernahkah anda membayangkan punya majalah dengan halaman tanpa batas? Bisakah anda membayangkan punya majalah dengan integrasi ke media sosial yang anda ikuti?

Sebelum ramainya aplikasi smartphone seperti sekarang ini, punya majalah tanpa membeli mungkin sebuah kemustahilan. Namun berkat kemajuan teknologi, Anda kini bisa memiliki berbagai macam majalah dalam satu aplikasi yang disebut Flipboard.

Saya merupakan salah satu pengguna yang bisa dikatakan sangat aktif menggunakan aplikasi Flipboard, baik di smartphone Android, tablet Android maupuan di iPhone dari Apple. Memiliki aplikasi ini berarti anda punya akses ke sekian banyak (hampir tanpa batas) sumber berita yang cara membalik-baliknya mirip dengan cara anda membaca majalah.

Aplikasi ini memang sebuah aplikasi paripurna. Berbagai sumber berita dapat anda peroleh dengan hanya memasang satu aplikasi. Bagi anda yang ingin terus update dengan berita terkini, aplikasi Flipboard termasuk aplikasi MUST HAVE. Bagi saya sendiri, meskipun memiliki aplikasi lain yang mirip-mirip dengan Flipboard, seperti Google Currents, Pulse dan News 360, keberadaan Flipboard tidak tergantikan. Saya sangat menyukai aplikasi ini karena integrasinya dengan media sosial yang saya ikuti, yaitu Google Plus yang bisa dikatakan sangat baik.

Di Google Play sendiri, aplikasi Flipboard sudah didownload hingga 50 juta kali. Aplikasi ini memperoleh rating bintang lima sebanyak 71.726 dengan rata-rata rating 4,5. Data tersebut menunjukkan bahwa aplikasi ini cukup laku dan memiliki rating review yang sangat baik.

Bagi saya sendiri yang selalu mencari berita teknologi, keberadaan aplikasi Flipboard ini sangat membantu. Dipadukan dengan aplikasi Pocket, berita teknologi yang saya baca di Flipboard bisa saya share ke Pocket untuk dibaca kala offline. Secara desain aplikasi, desain Flipboard sangat bagus.

Coba kita lihat tampilan Flipboard untuk smartphone Android berikut ini. 

Flipboard untuk Android Samrtphone
Integrasi Flipboard dengan Google Plus di Android smartphone.

Flipboard untuk Tablet Android 7 inchi.

Integrasi Flipboard dengan Google Plus di tablet Android 7 inchi.
Kita mengetahui bahwa Aplikasi Google Plus sangat bagus. Sejauh ini apalikasi media sosial yang terbagus menurut saya adalah Google Plus. Ketika aplikasi bagus seperti Google Plus dipadukan dengan palikasi bagus lainnya seperti Flipboard hasilnya adalah mengesankan. 

Nah bagi anda yang belum menggunakan aplikasi Flipboard, silahkan unduh di link ini.

Google Bangun Bandar Udara Pribadi Senilai 82 Juta Dollar

cdn.ndtv.com
Google selalu terkait dengan proyek-proyek yang besar. Salah satu proyek besar yang akan segera mereka garap adalah pelabuhan udara pribadi (khusus untuk Google) dengan nilai proyek senilai 82 juta dollar Amerika Serikat. Kabar akan dibangunnya bandar udara pribadi ini dilansir sebuah situs SF Bay Area yang merupakan afiliasi dari situs nbcarea.com. 

Pejabat kota San Jose mengatakan bahwa kota tersebut seharusnya menerima sebuah penawaran dari operator besar pelabuhan udara untuk membangun bandar udara eksekutif khusus bagi Google dengan nilai proyek 82 juta dollar AS. 

Operator bandar udara tersebut adalah Signature Aviation, sebuah perusahaan Inggris yang akan bekerja sama dengan Blue City Holdings San Jose LLC yang menjadi langganan Google selama ini untuk jet pribadi eksekutif Google. Proyek tersebut akan membangun bandar udara khusus eksekutif bagi Google, hanggar, dan ramps space untuk mengakomodasi jet pribadi. 

SF Bay Area juga melaporkan bahwa lima anggota yang mengevaluasi penawaran dari Signature telah menyatakan setuju dengan memberikan rating 991 dari kemungkinan 1.000. Ini artinya proyek tersebut sudah dalam tahap persetujuan dan mungkin tinggal pembangunan.

Dengan adanya proyek tersebut bisa berdampak langsung terhadap perekonomian San Jose. Diperkirakan senilai 2,6 juta dollar akan dihasilkan dari penyewaan, 400 ribu dollar fee bahan bakar dan 70 ribu sampai 300 ribu pajak baru.  Selain itu akan menciptakan 376 pekerjaan langsung dan tidak langsung plus 150 hingga 200 saat konstruksi.

Proyek Google ini tentu saja berdampak positif sehingga pemerintah San Jose sepertinya akan mengijinkan dilakukannya pembangunan bandar udara pribadi Google. Google tampaknya semakin menunjukkan dirinya dengan membangun proyek-proyek yang terkait langsung dengan kelancaran bisnis mereka. Perlu diketahui, frekuensi terbang eksekutif Google sangat tinggi. Salah satu bukti adalah  Eric Schmidt yang terus melakukan perjalanan guna mengakampanyekan Google.

Beberapa waktu yang lalu, Eric Schmidt baru saja mengunjungi Korea Utara yang merupakan negara yang sulit dikunjungi oleh wakil negara manapun. Namun Google melalui Eric Schmidt bisa mengunjungi Korea Utara bersama anak perempuannya. 

Tentu saja dengan dibangunnya banda udara pribadi ini, perjalanan eksekutif Google akan lebih lancar. Mereka tidak perlu lagi ke bandar udara publik yang selama ini menjadi andalan. Jet-jet pribadi Google cukup berada di San Jose sehingga kapanpun dibutuhkan dapat terbang.

Selamat Jalan Prof. Sjafri Mangkuprawira

Prof Sjafri bersama Blogger Bogor

Apa yang dapat kita lukiskan tentang kematian? Mungkin hanya sedih dan murung sebagai pertanda bahwa kematian adalah sesuatu yang mungkin kita “benci”. Kabar kematian yang kita terima diklasifikasikan sebagai kabar buruk sehingga kita sering menghindar, meskipun sebenarnya kita tidak dapat sama sekali menghindari kematian diri kita sendiri.

Kematian seseorang, apalagi yang kita kenal dekat tentu meninggalkan duka yang mendalam. Saya pernah mengalami kematian Ayah saya sendiri.  Pernah menerima kabar kematian teman, saudara dan kerabat lainnya. Namun ada yang tidak berbeda dari kabar kematian, yaitu datangnya selalu tiba-tiba, tanpa diduga. Mungkin itu semacam pertanda kepada kita tentang kesementaraan kita di dunia ini.

Kemarinpun sama saja. Saya menerima kabar kematian seseorang yang menjadi panutan bagi kelompok saya, sebuah kelompok blogger di Bogor, yaitu Blogger Bogor. Kami memiliki pembina yang merupakan Guru Besar IPB, yaitu Bapak Prof. Sjafri Mangkuprawira. Beliau ini kami sebut blog father karena beliaulah yang menaungi kami di setiap ada kegiatan. Rumahnya di Gunung Batu, Bogor  selalu terbuka untuk diskusi. Kolam pemancingannya kami jadikan ajang untuk Kopdar. Kerelaan beliau bergaul dengan kami yang biasanya lebih banyak hidup dan bertemu di awang-awang (online) merupakan sesuatu yang patut dipuji.

Kamipun bukan tanpa alasan menjadikan beliau sebagai pembina. Di usia 70 tahun, beliau masih aktif mengajar. Selain mengajar, beliau sangat aktif menulis di blog pribadinya, yaitu ronawajah.wordpress.com. Beliau juga sangat aktif di media sosial Twitter dan Facebook. Kesimpulannya beliau orang yang melek dengan kemajuan teknologi dan mau terlibat dalam kemajuan tersebut bahkan turut serta mengembangkannya.

Kabar kematian Prof. Sjafri membuat saya terhenyak. Pagi itu tanggal 6 Februari, seperti biasanya saya menengok halaman Twitter Blogger Bogor. Sebagai orang yang diserahi tugas mengelola media sosial Blogger Bogor, saya berkewajiban menengok setiap saat time line. Tanpa disengaja muncul tweet dari follower yang mengabarkan meninggalnya Prof. Sjafri karena serangan jantung. Tweet tersebut diperkuat dengan kabar resmi dari IPB tentang meninggalnya Prof. Sjafri.

Sesuatu yang sangat mendadak. Hal ini karena kami baru saja bertemu beliau di hari Minggu (3/2-2013) untuk diskusi dan merancang  program kerja Blogger Bogor di tahun 2013 ini. Kami sempat makan nasi uduk bersama, meskipun pada awalnya telah kami tolak karena tidak mau merepotkan. Namun beliau tidak mau, kami yang berjumlah sebelas orang harus makan. Mungkin sebuah pertanda jamuan makan terakhir? Entahlah.

Di saat diskusipun saya memandangi wajah Prof. Sjafri. Wajahnya cerah meski di usia yang sudah lanjut. Kilat keningnya menandakan ia orang yang terus bergerak, tidak mau diam dan terus berpikir. Ia menyapa saya, ” Hai Rik, apa kabar?

Seingat saya pertemuan yang hari minggu itu baru merupakan pertemuan ketiga saya dengan beliau. Sebagai orang dengan usia tua, ingatan beliau sungguh masih baik. Ia menyalami saya, menayakan kondisi keluarga dan anak saya yang bungsu. Bercengkrama sedikit tentang hal-hal remeh-temeh dan selalu tersenyum dan tertawa.

Begitulah adanya Prof. Sjafri Mangkuprawira. Ia seorang profesor yang menginjakkan kaki di bumi secara sebenarnya. Ia sangat menghargai orang-orang muda yang mau bertukar pendapat dengannya. Kami tidak pernah menerima perintah dari beliau, tanpa ada diskusi terlebih dahulu. Kesediaannya menerima anak-anak muda, bergaul dengan mereka hampir tanpa batas pemisah, sesuatu yang mungkin tidak saya temukan di diri orang tua sekelas profesor.

Terang saja saya dan teman-teman Blogger Bogor merasa sangat kehilangan. Kami mungkin seperti ayam yang kehilangan induk, namun apa daya hidup akan terus berjalan ke depan, tidak ke belakang. Mengenang Prof. Sjafri melalui tulisan ini adalah semacam ritual bagi saya mengingat-ingat pertemuan dengannya yang tidaklah banyak.

Tak dapat kami lukiskan kesedihan yang ada saat ini. Kemarin beberapa rekan ikut men-shalatkan beliau dan mengantar ke peristirahatan terakhir di Dredet, Bogor. Sorenya lebih banyak lagi kami berkumpul untuk melayat ke rumah beliau. Melihat puluhan karangan bunga, ungkapan kesediahan berbaris di depan kami. Sungguh kami tidak pernah bisa membalas jasa beliau yang sangat banyak.

Selamat jalan Prof. Sjafri. Seperti kata Hatta di liang kubur Sutan Sjahrir, tugasmu ada yang meneruskan. Jangan khawatir dengan generasi di belakang, mereka akan mencari pintu perkuburan mereka sendiri-sendiri. Damailah di surga!

Google Versus Perusahaan Besar Silicon Valley

Beberapa waktu terakhir persaingan di antara perusahaan di Silicon Valley semakin memanas. Google, Apple, Facebook, Amazon dan masih banyak lainnya terlibat perseteruan yang sengit. Beberapa waktu sebelumnya dalam sebuah artikel dituliskan bahwa ada empat perusahaan yang saling berebut dominasi, yaitu Google, Apple, Facebook, dan Amazon. Mohon maaf bagi fans Microsoft, artikel tersebut tidak menyebut nama perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates tersebut karena dipandang paling tertinggal di antara empat perusahaan lainnya.

Satu perusahaan yang patut terus diperhatikan pastinya adalah Google. Google semenjak dipegang kembali oleh CEO-nya yang pertama Larry Page menunjukkan perkembangan yang signifikan. Gaya kepemimpinan Larry Page memang berbeda dibandingkan Eric Schmidt. Schmidt sangat berjasa meletakkan dasar-dasar pengelolaan perusahaan dan bentuk-bentuk awal produk dan monetisasi produk Google. Di tangan Larry Page hal ini menjadi sebuah kekuatan dengan gaya kepemimpinan yang lebih dinamis. Satu yang tidak berubah di antara dua orang tersebut adalah mereka sama-sama sangat suka membeli atau mengakuisisi perusahaan lain. Di tahun-tahun yang lalu, misalnya dalam satu tahun ada 50 perusahaan besar dan kecil yang dibeli oleh Google.

Kemajuan signifikan Google juga terlihat di harga saham mereka di lantai bursa. Pada Oktober 2012 yang lalu, Google mencapai harga saham all time high di angka 774,38 dollar AS. Angka ini kembali pecah beberapa hari yang lalu saat harga saham Googl ditutup di angka 775,60 dollar AS. Harga saham yang terus naik merupakan cerminan kinerja yang baik. Ini dibuktikan dengan bagusnya beberapa produk Google, seperti mesin pencari, Android, Maps dan lainnya.

Tentunya pesaing Google tidak tinggal diam. Pesaing yang terdekat bagi Google adalah Apple Inc dalam hal software smartphone dan pasar smartphone secara keseluruhan. Selain itu ada Facebook yang sangat kuat di media sosial dan mencoba-coba mencari celah di mesin pencari. Pesaing lain, Microsoft lebih tertinggal, namun sering menantang Google dengan kampaye jelek tentang Google.

Facebook juga menantang Google dengan mencoba menerapkan Facebook Graph, sebuah tool pencarian di Facebook. Sejauh ini tool ini bisa dikatakan hanya membongkar hal-hal yang dilakukan pengguna media sosial. Istilahnya kegunaa tool ini tidak dapat diperbandingkan dengan search engine Google. Benar, Facebook memiliki setiap data penggunanya yang kini lebih dari satu miliar akun. Namun ini data mentah yang perlu diolah dan dibagi lagi lebih detail. 

Hal yang lebih aneh adalah mesin pencari Bing yang ada di Facebook. Saya pernah mengalami mencari sebuah halaman bisnis (Facebook Page) yang benar-benar ada di Facebook, tetapi seketika dicari dengan Bing tidak bertemu padahal kata kuncinya adalah naman halaman tersebut. Seketika saya beralih menggunakan search engine Google yang nyata-nyata berada di luar Facebook, hasilnya malah tepat 100%. Ini membuktikan bahwa mesin pencari Google masih jauh di depan dibandingkan lawan-lawannya.

Hal yang perlu kita lihat juga adalah proyek masa depan dan mungkin termasuk aneh bagi orang kebanyakan. Proyek mobil tanpa sopir atau Driverless Car merupakan proyek ambisius Google untuk masa depan guna mencegah banyaknya nyawa melayang secara sia-sia di jalan. Proyek Google Glass merupakan proyek kacamata khusus yang dikendalikan dengan mata. Plus proyek internet super kencang yang telah dimulai di Kansas yang memberikan kecepatan internet 1 gigabyte per detik atau seratus kali lebih kencang dari kecepatan internet yang ada saat ini di Amerika Serikat.

Proyek-proyek yang disebut Moon Shot tersebut hampir tidak ada di perusahaan sekelas Apple Inc., yang katanya merupakan perusahaan paling inovatif di dunia. Di saat Google sudah merancang kacamata khusus yang mungkin akan membuat orang meningglkan ponsel selamanya, Apple Inc. masih bergulat untuk menghasilkan televisi yang sudah dari dulu hadir di dunia.Padahal uang kas Apple Inc. yang menganggur itu tidak tanggung-tanggung, lebih dari 130 miliar dollar.

Mungkin ini semacam perbedaan visi pemimpin dan budaya perusahaan saja. Namun dengan sedemikian banyaknya uang kas menganggur, mestinya Apple Inc. punya inisiatif sebuah proyek besar atau mungkin proyek kemanusiaan yang mencakup seluruh dunia seperti yang dilakukan Google dengan Google Student-nya.

Bisa kita simpulkan bahwa Apple Inc. menghasilkan uang lebih untuk disimpan dan dibagi kepada pemegang sahamnya. Apple Inc mungkin tidak tertarik membuat proyek besar. Namun Google adalah perusahaan yang berbeda. Mereka mengumpulkan recehan dari iklan di mesin pencari, dikumpulkan dan kemudian mereka berani melakukan proyek yang berada di luar nalar manusia. Ini sesuatu yang patut dikagumi dari Google. Mereka memang berbeda dengan budaya perusahaan yang jelas jauh berbeda dari Apple Inc., Facebook, Microsoft dan Amazon.

Posisi BlackBerry Setelah Peluncuran BlackBerry 10

Akhirnya apa yang ditunggu-tunggu banyak orang dari BlackBerry (dulu RIM) muncul juga. Dua hari yang lalu, BlackBerry yang secara resmi mengganti nama RIM menjadi hanya BlackBerry merilis dua smartphone andalan mereka berbasis BlackBerry 10 (sebelumnya dikenal dengan QNX). Dua buah smartphone baru tersebut adalah Z10 dan Q10. Bisa disimpulkan, peluncuran dua smartphone tersebut jauh dari kata "Kejutan". Tidak ada sama sekali unsur kejutan karena sebagian besar telah bocor sebelumnya ke publik melalui banyak foto dan video terutama BlackBerry Z10.

Bahkan sebelumnya sudah ada preview di sekitar kemampuan BlackBerry Z10. Banyak sekali preview dan kemudian review setelah peluncuran yang positif terhadap BlackBerry Z10. Sayangnya hampir tidak ada yang membahas BlackBerry Q10, jagoan lain BlackBerry yang merupakan smartphone hybrid karena memiliki kemampuan touch screen dan keyboard fisik QWERTY khas BlackBerry. Satu hal lagi, BlackBerry Q10 ini belum jelas benar penampakannya. BlackBerry baru memperkirakan smartphone ini akan muncul di bulan April 2013.

Patut dicatat, meskipun diluncurkan di New York, Amerika Serikat, ketersediaan BlackBerry Z10 di AS baru akan ada di bulan Maret 2013. Sementara di pasar-pasar lain, seperti Inggris dan China, kemungkinan besar sudah akan tersedia pada tanggal 5 Februari 2013. Ini menandakan bahwa Amerika Serikat hanya dijadikan tempat untuk merilis smartphone, sementara BlackBerry lebih fokus di pasar yang lain. Hal ini cukup beralasan karena pengguna BlackBerry di AS terus menunjukkan penurunan. Tidak hanya pengguna atau konsumen individual, tetapi juga korporasi dan agen pemerintahan federal AS yang selama ini menjadi pengguna terbesar handset BlackBerry.

Catatan lain, tampaknya BlackBerry sangat fokus untuk menghasilkan satu saja handset, yaitu BlackBerry Z10. Fokus ini membuat seri BlackBerry Q10 seolah ditinggalkan. Mungkin karena BlackBerry ingin menunjukkan bahwa Z10 bisa bersaing dengan iPhone dan Android yang sebagian besar full touch screen.

Tentu kita bertanya bagaimana reaksi peminat gadget di Amerika Serikat setelah diluncurkannya BlackBerry Z10. Bisa dikatakan, sebagian besar review menunjukkan hal yang positif. Satu review yang patut dicatat adalah dari Walt Mossberg. Meskipun menilai positif kembalinya BlackBerry dengan Z10, namun jelas sekali hype-nya biasa saja. Review lain di Gizmodo menunjukkan kelemahan kamera Z10 dalam kondisi kurang cahaya. Dalam foto yang dipublikasikan, hasil foto dari Z10 saat low light sangat tidak bagus.

Namun demikian, kembali kepada pendapat umum, sepertinya BlackBerry sudah melalui masa kritis tahap pertama, yaitu peluncuran yang lumayan sukses. Ini dibuktikan dengan review positif yang mereka terima. Akan tetapi hal tersebut sebenarnya belumlah cukup untuk sebuah brand yang pernah menguasai pasar smartphone dunia dan termasuk sebagai inventor di pasar smartphone. Mengapa?

Meskipun review yang diterima BlackBerry Z10 sejauh ini positif, namun investor di pasar saham beranggapan sebaliknya. Cukup banyak analis yang meragukan kemampuan BlackBerry untuk kembali bersaing dengan Android dan iPhone. Kesimpulan umum yang bisa kita katakan adalah, tanggapan analis kurang bagus atas usaha BlackBerry kembali ke pasar. Pasar saham juga bereaksi sama, saham BlackBerry yang beberapa waktu sebelum peluncuran mengalami kenaikan yang sangat signifikan, mengalami penurunan 18% setelah peluncuran BlackBerry Z10 dan Q10 seperti dilansir oleh berbagai. 

Ini artinya meskipun secara handset mendapat tanggapan baik, namun secara keseluruhan banyak analis meragukan kemampuan BlackBerry untuk bersaing dengan Android dan iPhone. Satu alasan kuat yang bisa dimunculkan adalah posisi BlackBerry di pasar smartphone dunia di kuartal keempat dan di tahun 2012 yang lalu.

Data IDC yang dirilis pada tanggal 24 Januari 2013 menyebutkan bahwa BlackBerry tidak lagi termasuk empat besar vendor smartphone di kuartal keempat dan secara keseluruhan di tahun 2012 yang lalu. Coba kita lihat data berikut ini.





Pada tabel satu kita melihat bahwa posisi BlackBerry aka RIM sudah digantikan oleh vendor asal China, yaitu Huawei dan ZTE. Kedua vendor ini mengusung Android sebagai platform utama smartphone mereka. Di tabel dua yang menunjukkan posisi vendor smartphone di tahun 2012 secara keseluruhan BlackBerry masih bisa tersenyum dengan berada di posisi kelima. Namun penguasaan pasarnya tinggal hanya 4,6%. Angka ini tentu sudah sangat jauh turun dibandingkan posisi mereka dua atau tiga tahun yang lalu.

Berdasarkan posisi pasar tersebut, saya rasa keraguan analis terhadap kemampuan BlackBerry untuk bangkit sangat wajar. Dengan hanya 4,6% pasar apa yang bisa anda perbuat? Coba kita bandingkan dengan iPhone yang juga single fighter, penguasaan pasarnya jauh di atas BlackBerry. Sepanjang tahun 2012 yang lalu, Apple Inc. sebagai produsen iPhone menikmati kue pasar global yang cukup besar, yaitu 19,1%. 

Dengan penguasaan pasar 4,6% cukup berat bagi BlackBerry untuk bisa bersaing dengan Android dan iPhone. Saya kira, seperti kebanyakan analis lainnya, kemunculan BlackBerry baru dengan sistem operasi baru mungkin sudah terlambat. Bila diluncurkan dua tahun yang lalu, saya percaya BlackBerry Z10 akan sangat digandrungi pengguna BlackBerry sehingga mereka tak mungkin pindah ke Android atau iPhone.

Posisi BlackBerry yang berada di urutan buncit lima besar vendor smartphone dunia ini memang sesuatu yang cukup menherankan mengingat mereka merupakan perintis pasar smartphone. Hal ini tidak lebih karena mereka terlalu terlena dengan kondisi pasar yang mereka nikmati. Seperti juga Nokia yang akhirnya membakar Symbian, keduanya bisa dikatakan terlena dan kurang berinovasi di pasar yang cepat sekali berubah seperti pasar smartphone. Ketika mereka kembali ke pasar dengan inovasi baru, pemain lain sudah lebih dulu memantapkan posisi mereka sehingga akan sangat sulit untuk digoyahkan. 

Hal lain yang patut dicatat adalah sebagian besar pasar BlackBerry kini berada di negara berkembang seperti Indonesia, India dan Thailand serta mungkin beberapa negara Afrika seperti Mesir. Konsumen di negara-negara tersebut sangat sensitif dengan harga, sedangkan BlackBerry Z10 merupakan handset yang tidaklah murah. Hal ini akan memperlambat penetrasi handset sehingga bisa diperkirakan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa menaikkan pangsa pasar. Terlebih lagi BlackBerry Q10 yang rencananya (mungkin) akan lebih murah dibandingkan BlackBerry Z10, belum jelas benar bentuknya. 

Beberapa faktor tersebut akan membuat posisi BlackBerry stagnan dan mungkin sangat rentan untuk turun. Saya perkirakan selama enam bulan ke depan, hampir tidak bisa diharapkan BlackBerry Z10 akan memberikan dampak langsung bagi posisi BlackBerry di pasar smartphone dunia. Posisi BlackBerry mungkin bisa berubah, setelah handset BlackBerry Z10 dan Q10 bersama-sama muncul di pasar di seluruh dunia. Terlepas apakah BlackBerry melakukan strategi pemasaran yang brilian, posisi BlackBerry masih akan mengalami tekanan beberapa waktu ke depan.