Pasar iPad Dimakan Tablet Android

sumber: one-quest.com
Hasil studi terbaru dari ABI Research menunjukkan bahwa iPad masih terus mendominasi pasar tablet dunia. Hal ini merupakan kelanjutan dari posisi sebelumnya di mana selama 10 kuartal terakhir iPad tidak tergoyahkan sebagai pemimpin di segmen pasar tablet. Namun demikian, terdapat catatan yang menarik untuk disimak, yaitu tablet Android mulai menarik bagi konsumen.


ABI Research dalam laporan terbarunya untuk kuartal ketiga 2012 melaporkan bahwa pengusaaan iPad di pasar tablet kini berada di angka 55%. Penguasaan pasar sebesar 55% ini merupakan penguasaan pasar terendah semenjak iPad diluncurkan dua tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2010.

Penguasaan pasar iPad turun sebesar 14% dibandingkan kuartal yang lalu. Angka 14% ini tiada lain berpindah ke tablet Android yang kini mulai menunjukkan peningkatan market share. Bila kita lihat ada beberapa vendor yang sangat sukses memasarkan tablet berbasis Android, yaitu Samsung, Amazon, dan ASUS. Samsung dan ASUS merupakan partner Google dalam memproduksi tablet.

Samsung sangat giat memperbarui lini produk tablet mereka. Pilihan ukuraan tablet yang dibuat oleh Samsung juga bermacam-macam, mulai dari 7 inchi, 7,7 inchi, 8,9 inchi dan terakhir 10,1 inchi. ASUS baru memasuki pasar tablet pada bulan Juni yang lalu. Vendor asal Taiwan ini bekerja sama dengan Google meluncurkan tablet Nexus 7 inchi yang diharga sangat murah, mulai dari 199 dollar. Meskipun sangat murah, tetapi fitur tablet ini sangat menjanjikan dengan menempatkan chip Nvidia Tegra 3 di dalamnya.

Amazon juga cukup sukses dengan seri Kindle Fire-nya. Beberapa waktu yang lalu, Amazon juga telah memperbarui lini produk tablet mereka dengan meluncurkan Kindle Fire HD. Sama seperti ASUS, Amazon memberikan harga yang cukup murah sebagai penarik konsumen.

Dengan kompetisi yang terus berjalan, diperkirakan iPad akan terus mendapat perlawanan sengit dari tablet Android. Sameer Singh analis dari perusahaan konsultan Finvista Advisors memperkirakan tahun depan merupakan masa keemasan tablet Android karena pada saat itu, tablet Android akan melampaui penguasaan pasar iPad. ABI research menambahkan, melihat pertumbuhan pasar tablet Android, peluncuran iPad Mini beberapa waktu yang lalu tidak akan bisa menolong menahan laju penurunan pasar iPad Apple. Inc.

Media Sosial Penggunanya Antisosial

Sumber: 4.bp.blogspot.com

Tidak diragukan lagi, kini orang makin lebih sering menggunakan media sosial. Dengan komputer, tablet, smartphone dan ponsel, media sosial dapat dijangkau. Biaya langganan internet mobile yang semakin murah membuat cuap-cuap di media sosial semakin menjadi-jadi. Aplagi bagi kalangan tertentu, bermedia sosial memberikan sensasi lebih karena mungkin bisa mencitrakan diri lebih baik dan mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Kita bisa heran, begitu pentingnya media sosial bagi sebagian orang Indonesia khususnya yang terkoneksi dengan internet. Berbagai tingkah polah pengguna media sosial dapat kita saksikan setiap hari. Ada yang hanya sebagai pengguna biasa, menikmati model pertemanan baru yang lebih intim, tetapi berjarak nyata. Ada juga yang ingin berbagai opini, membagi ilmu, berdakwah dan dukung-mendukung calon gubernur.

Interaksi pengguna media sosial, khususnya Twitter yang setiap hari saya ikuti, mungkin sebuah interaksi yang tanpa henti. Sedari pagi, siang, sore, malam hingga dini hari kemudian pagi lagi, media sosial Twitter riuh rendah dengan berbagai kejadian. Ada yang melakukan perang, menjelekkan pihak-pihak tertentu yang tidak disukainya atau tidak disukai oleh orang yang membayarnya. Ada yang sangat agresif menyerang pihak atau pengguna media sosial lainnya dengan berbagai tweet atau komentar.

Sayangnya, kegiatan menggunakan media sosial belumlah disertai dengan pengetahuan yang cukup baik. Banyak kita lihat kelucuan bahkan kebodohan, bahkan dari pejabat sekelas wamenkumham dalam menggunakan media sosial Twitter. Banyak pengguna merasa bahwa cuap-cuap di media sosial itu tanpa sanksi hukum sehingga bisa seenaknya melakukan bullying terhadap orang lain.


Bila kita lihat data yang dikemukakan oleh ICT Watch di tahun 2011 ternyata hampir semua pengguna internet memanfaatkan media sosial yang terdiri dari Facebook, Twitter, Google Plus, YouTube, Flickr, Forum dan Blog sebagai sarana menyalurkan ekspresi. Ini artinya pengguna internet Indonesia sebagian besar  sangat akrab dengan media sosial. Data yang lebih umum dapat kita lihat dari jumlah pengguna Facebook Indonesia yang menempati posisi keempat terbesar di dunia dan posisi kelima di Twitter. Ini artinya sebagian besar mereka yang terkonekasi dengan internet sangat akrab dengan media sosial, seperti Facebook dan Twitter.

Ada hal yang perlu kita kritisi dari keterlibatan pengguna internet dalam media sosial. Data ICT Watch mengungkapkan 68% dari pengguna internet dalam mengungkapkan ekspresinya belum beretika. Ini hal yang sangat penting kita kritisi dan semakin hari, semakin banyak saja kejadian tak beretika yang terjadi di media sosial khususnya.

Mungkin ini namanya zaman kebebasan. Siapa saja yang punya koneksi internet bisa cuap-cuap di media sosial. Bahkan ada indikasi yang mengarah kepada dimanfaatkannya media sosial seperti Twitter sebagai sarana untuk melakukan fitnah. Ini terkait dengan data-data tertentu yang diungkap tentang seseorang tokoh yang mungkin tidak disukai atau memang dibayar untuk melakukan fitnah tersebut. Padahal akurasi data di Twitter tersebut kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Tidak beretikanya sebagian pengguna media sosial saya rasa didorong oleh ketiadaan sanksi hukum yang tegas. Jamak kita lihat bila ada penghinaan terhadap seseorang di Twitter, yang dihina lebih menahan diri atau malah membiarkan begitu saja hal tersebut. Mungkin karena sulit juga untuk diklasifikasikan ke mana kasus penghinaan tersebut. Saya rasa meski sudah ada undang-undang ITE, undang-undang ini mungkin belum bisa memayungi kemajuan media sosial yang sangat kencang dua tahun terakhir ini.

Sisi hukum memang selalu tertinggal dibandingkan dengan kemajuan teknologi. Perlindungan bagi pengguna Facebook dan Twitter jika suatu waktu mereka dirugikan hampir-hampir tidak ada yang spesifik sehingga memungkinkan banyak kejadian yang merugikan pengguna. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa jika masih belum ada sanksi hukum yang tegas, kegiatan tak beretika di media sosial akan terus dan terus terjadi dan akan semakin meningkat, terutama bila ada peristiwa penting seperti Pemilu atau Pilkada.

Hal lain yang perlu kita kritisi adalah anggapan terpisahnya dunia maya, dunia media sosial dengan kehidupan keseharian. Mungkin sebagian kita beranggapan kalaupun dihina di media sosial, belum tentu berpengaruh ke kehidupan nyata. Padahal akibat penghinaan tersebut bisa menciderai jiwa dan akan sulit untuk hilang. Untuk itu perlu rasanya kita memahami bahwa kehidupan kita di dunia maya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan di dunia nyata. Makin hari kehidupan di media sosial akan makin memengaruhi kehidupan nyata dan apabila tidak dijaga dengan baik akan memperburuk kehidupan di dunia nyata.

Hal aneh bagi saya, melihat banyak orang bersitegang urat leher untuk mempertahankan opini yang mereka buat. Banyak pengguna Twitter yang saya ikuti melakukan tweet seolah-olah tweet itu adalah kebenaran sejati yang perlu dibela sampai mati. Apa pula sebenarnya pentingnya beropini seperti itu. Jika kita lebih cerdas, ada baiknya menuliskan dalam artikel yang lebih tertata dengan baik dan tentu penuh dengan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

Bermedia sosial bagi sebagian besar pengguna, bukan lagi sebuah sarana untuk berbagi hal positif. Banyak pengguna media sosial terdorong menjadi narsis. Mengunggulkan kebenaran diri sendiri, menghargai diri sendiri melebih orang lain. Lebih suka membicarakan diri mereka sendiri dibandingkan orang lain. 

Tidak heran sebenarnya ada pengguna media sosial seperti Twitter berani berkata kasar, menjelekkan orang lain untuk menunjukkan keakuannya. Segala cara dilakukan untuk menunjukkan superioritas diri terhadap pengguna lain. Oleh karena pengguna lain pun tidak mau kalah, terjadilah apa yang disebut kekacauan, kegiatan bermedia sosial menjadi kegiatan yang mempertontonkan sesuatu yang di luar akal sehat. Mempertontonkan perilaku antisosial.

Di Jalan Surabaya, Berburu CD Bekas Premium

Jalan Surabaya, sumber dokume pribadi
Bagi anda yang tinggal di Jakarta tentu Jalan Surabaya, di dekat stasiun kereta api Cikini bukan sesuatu yang asing lagi. Bahkan bagi saya yang warga di luar Jakarta, Jalan Surabaya ini sudah menjadi tujuan tertentu untuk berburu barang antik dan CD (compact disc) bekas dengan kualitas sangat baik. Saya sangat beruntung, di Jalan Surabaya ini masih berdiri hingga kini para penjual barang antik dan CD (compact disc) bekas. Lokasi ini menurut saya sebuah tempat yang luar biasa bagi mereka yang mencari barang antik dan khususnya CD bekas premium. Premium di sini berarti sebagian besar CD bekas yang dijual adalah CD asli dan dalam kondisi yang baik.

Tidak dipungkiri, di pasar saat ini masih banyak terdapat album grup atau penyanyi lawas tersebut yang diproduksi ulang. Namun harganya tetap masih mahal, sedangkan kesan historisnya tidak ada. Untuk mengatasi hal tersebut saya sering membeli CD dan kaset bekas yang harganya lumayan murah dan memiliki nilai historis yang tinggi. Tidak jarang saya menemukan album pertama sebuah grup musik tertentu atau sebuah album yang sudah tidak diproduksi lagi. Tidak jarang juga saya memperoleh album impor asli dari Amerika atau Inggris, tetapi dengan harga yang sangat bersahabat.

Saya sampai rela mencari ke Bandung di Pasar Ciapit. Namun koleksinya sangat terbatas. Demikian juga di Bogor, di dekat pasar Anyar. Dulu sekitar tahun 2001-2004 ada beberapa penjual kaset dan CD bekas di dekat pasar Anyar. Namun kini tidak ada lagi saya temukan. Untunglah di Jakarta masih berdiri sebuah jalan, yaitu Jalan Surabaya, di dekat Cikini. Di sepanjang jalan ini saya menemukan surga CD dan kaset bekas. Koleksinya sangat berlimpah.




salah satu lapak penjual CD bekas

Perkenalan saya dengan para penjual CD dan kaset bekas di Jalan Surabaya sudah lama. Pertama kali saya ke sana sekitar awal tahun 2001. Waktu itu, pemutar CD atau DVD belumlah seterkenal sekarang. CD dan DVD player masihlah sangat mahal waktu itu sehingga saya hanya mencari kaset bekas. Sekitar tahun 2001 tersebut saya kira penjual kaset bekas lebih banyak dibandingkan dengan CD bekas. Namun kini seiring memudarnya popularitas pemutar kaset rekaman, penjual di Jalan Surabaya pun lebih banyak yang menjual CD bekas.


Koleksi CD bekas yang sangat banyak

Saya sangat menikmati berbelanja di Jalan Surabaya ini. Terutama karena koleksi CD bekasnya yang sangat banyak. Sebagian orang menyarankan saya untuk pergi ke Taman Puring karena di sana koleksinya lebih banyak lagi. Akan tetapi bagi saya, koleksi CD bekas di Jalan Surabaya ini sudah sangat memadai. Apalagi tempatnya sangat mudah dicapai.

Tidak itu saja, Jalan Surabaya ini juga terkenal sebagai surga barang antik. Soal barang antik ini, saya lihat pembelinya sering orang bule. Lampu antik, kamera antik, berbagai ukiran atau lukisan antik banyak dijual di sepanjang Jalan Surabaya. Tidak ketinggalan koper atau tas. Harganya pun tentu bisa dengan tawar menawar. 


akhirnya memilih 3 album dari The Police

Beberapa waktu yang lalu, saya kembali ke Jalan Surabaya. Waktu itu ingin sekali melihat-lihat perkembangan para penjual di sana. Saya perhatikan koleksi CD bekas premium semakin banyak. Tidak jarang juga ada CD yang sama sekali baru. Ini biasanya terjadi karena penjualnya kurang menyukai CD yang baru mereka beli. Sewaktu saya tanya ke pedagang, apakah mereka membeli CD baru keluar di pasar untuk dijual lagi? Jawabannya adalah mereka tidak membeli CD baru. Semua CD yang mereka jual merupakan bekas pakai alias dari tangan pertama.

Lebih enaknya lagi, ketika kita mencari-cari CD bekas yang yang kita inginkan, pedagang sangat memberi waktu. Saya sempat mempertimbangkan beberapa CD sekaligus, sebelum memilih dua CD yang ingin saya koleksi. CD bekas tersebut juga boleh dicoba dulu untuk memastikan kualitasnya.  Bila diperkirakan kualitasnya kurang baik, tidak jadi membelipun tidak masalah.

Hal yang sangat saya sukai lainnya adalah untuk berburu CD bekas itu sebenarnya butuh waktu yang sangat banyak. Bisa-bisa satu hari penuh disediakan untuk berburu CD bekas, biasanya setiap hari minggu. Saya berkeliling dari satu penjual ke penjual lainnya untuk mencari-cari album penyanyi yang saya incar. Kadang hanya menemukan satu dari sekian banyak penjual, bahkan kadang harus cukup puas membeli CD bekas grup musik yang sebenarnya tidak diincar, tetapi punya nilai historis.

Perlu anda memiliki trik ketika melakukan tawar-menawar dengan para pedangag di Jalan Surabaya ini. Biasanya saya membeli lebih dari satu dengan demikian saya bisa menekan harga. Pedagang umumnya menawarkan CD bekas dalam kondisi baik Rp50.000 per buah. Harga itu masih sangat bisa ditawar, apalagi jika anda membeli 2 atau 3 CD sekaligus. Jika kualitas CD kurang bagus menurut anda, harganya pun bisa anda tawar lagi. Jadi anda disarankan untuk tidak terburu-buru melakukan transaksi. Berkelilinglah terlebih dahulu untuk melihat-lihat harga, barulah kemudian putuskan untuk membeli.

Lokasi penjual CD bekas di Jalan Surabaya ini sangat unik.  Saya rasa pemerintah kota Jakarta perlu melestarikan sudut kecil di Jalan Surabaya ini agar tetap menjadi salah satu alasan orang menyukai kota Jakarta. Bayangkan di kota metropolitan yang sangat padat ini, masih ada satu sudut di Jakarta tempat berburu CD bekas grup musik lawas yang memiliki koleksi sangat banyak. Semoga saja tempat ini akan tetap seperti semula dan bisa bertahan lebih lama.







Foto Porno Beredar Bebas di Instagram

sumber: http://stat.mobli.com

Setelah situs-situs porno disaring, kira-kira ke mana konten porno terutama konten foto berpindah? Jawabnya ke media sosial, terutama media sosial berbagi foto seperti Instagram. 

Kini hampir tidak ada sensor terhadap terhadap media sosial. Kebebasan yang ada di media sosial menandakan bahwa pemerintah belum punya aturan baku tentang bagaimana mengelola media sosial tersebut sehingga bisa lebih terjamin secara konten.

Terkait juga dengan hal tersebut, penelusuran saya terhadap sebuah aplikasi yang dulu hanya eksklusif bagi pemilik iPhone dan kini sudah bisa pula dinikmati di Android, yaitu Instagram, membuktikan bahwa konten porno sangat banyak beredar secara bebas di sana.
Instagram yang sudah dibeli oleh Facebook memuat gambar-gambar porno yang sangat banyak. The Huffingtonpost melaporkan gambar-gambar porno dengan tagar (hastagsextagraminstaporn, dan handbra mengumpulkan puluhan ribu gambar alat kelamin dan gambar telanjang  atau hampir telanjang, pria dan wanita berfoto provokatif di tempat tidur, di kamar mandi, atau dengan pasangan dalam keadaan menanggalkan pakaian. Tidak terkecuali foto orang sedang melakukan masturbasi.

Bila dikumpulkan, terdapat foto-foto dengan tagar “latte” (basah) sebanyak 135.000 foto dan dengan tagar “instasex” sebanyak 210.000 foto. Jumlah ini sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pengguna Instagram sangat bebas meng-upload foto jenis apa pun, mulai dari foto yang dikategorikan biasa sampai dengan foto X Ratedatau porno.

Lebih jauh ada kecenderungan Instagram tidak hanya digunakan sebagai media berbagi foto X Rated, tetapi juga sebagai sarana chatting bagi pasangan seks untuk saling menemukan satu sama lain. Tentunya ini sebuah hal yang tidak diduga sebelumnya karena pada dasarnya Instagram adalah aplikasi berbagi foto. Namun dengan adanya kasus ini, sepertinya peran Instagram sudah semakin jauh.


Dengan menggunakan foto (yang tentu saja berjenis X Rated), komentar, dan tagar pengguna Instagram mengundang pengguna lainnya untuk untuk bergabung dalam  Kiksex sebuah apliaksi perpesanan dari Kix di mana masing-masing individu peserta chatting bisa saling tukar foto telanjang secara rahasia.

Hal ini sesuatu yang patut kita kritisi. Pada awalnya Instagram yang hanya untuk iPhone selama dua tahun tidak mengalami atau belum ada berita yang menunjukkan bahwa adanya konten dewasa yang masif di sana. Saat ini, semenjak dibuka untuk pengguna Android, Instagram memiliki pengguna sebanyak mendekati 100 juta akun. Dengan pengguna sebanyak itu, tentu saja lalu-lintas pertukaran foto menjadi sangat padat.

Kita melihat sebuah aplikasi yang dulunya diperuntukkan untuk relung pasar (niche market) mengalami hal yang sangat luar biasa setelah dibuka untuk pasar mainstream. Termasuk menjamurnya konten porno. Meski konten porno tidak hanya di Instagram, banjir konten porno di aplikasi ini sesuatu yang patut dikritisi mengingat aplikasi ini sangat populer.

Tentu sebagai pengguna, anda perlu hati-hati. Apalagi bila sempat menjadi follower akun-akun penyebar gambar porno di Instagram, anda harus benar-benar hati-hati agar tidak diketahui pasangan atau anak anda. Atau anda sudah menyebarkan gambar porno di Instagram sebelumnya? Semoga saja tidak.

Sumber: dailymail.co.uk, huffingtonpost.com

Kenikmatan Bermedia Sosial Seperti Kenikmatan Berhubungan Seks

Sumber: guardian.co.uk

Sudah nge-Tweet hari ini? Sudah update status meskipun baru bangun dan belum mandi? Mau tidur bawa BlackBerry atau smartphone lainnya, mana tahu ada update teman yang penting.  Tidak hanya itu, ke toilet pun banyak orang membawa smartphone, melakukan tweet atau update status di toilet bukan hal aneh. Pertanyaannya, sedemikian candukah orang dengan media sosial? Apa kira-kira alasan mereka untuk tidak sedikitpun jauh dari media sosial?

Para peneliti dari Universitas Harvard telah menemukan alasan mengapa sangat banyak orang yang suka bermedia sosial. Penelitian tersebut juga memberikan petunjuk mengapa pengguna media sosial sangat suka membuka diri dan memberikan informasinya kepada pihak lain.

Dalam serangkaian eksperimen para peneliti dari Universitas Harvard menemukan bahwa tindakan mengungkapkan informasi tentang diri sendiri mengaktifkan sensasi yang sama dalam otak  dari kegiatan lain seperti makan makanan, mendapatkan uang atau berhubungan seks. Ini artinya banyaknya pengguna media sosial yang mengungkapkan informasi tentang diri mereka dikarenakan sensasi yang diperoleh dari kegiatan tersebut sama seperti sensasi yang diperoleh dari kegiatan makan makanan, menerima uang atau berhubungan seks.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa melakukan bualan (semacam tweet dan update status tentang diri sendiri yang terkesan berlebihan) di situs jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter, benar-benar membuat pengguna media sosial merasa lebih baik. Peneliti menemukan bahwa mereka yang sering berbicara tentang diri mereka sendiri menerima kenikmatan yang sama ketika  mereka dipicu oleh seks, makanan, uang atau bahkan coklat.

Hasil eksperimen ini menjelaskan kepada kita survei sebelumnya yang mengungkapkan  80%  informasi yang dibagi di media sosial seperti Twitter dan Facebook adalah informasi tentang pengalaman diri pengguna. Ini artinya, media sosial seperti Facebook dan Twitter digunakan secara ekstensif untuk mengungkapkan, pengalaman, pendapat, informasi pribadi pengguna media sosial tersebut.


Penelitian tersebut jelas sebuah jawaban yang sangat ditunggu. Selama ini kita menyaksikan sangat banyak orang yang senang bermedia sosial, tetapi kita belum tahu alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Bila kita tanya, berbagai pendapat muncul, misalnya seseorang yang senang menggunakan Facebook beralasan bahwa ia ingin menjalin hubungan dengan teman-teman lama waktu sekolah dulu.

Di Twitter cukup banyak juga alasan mengapa banyak penggunanya, misalnya karena lebih sederhana, untuk berbagi informasi dan lainnya. Ternyata alasan-alasan tersebut bukanlah alasan yang tepat. Setidaknya secara keilmuan, seperti diungkapkan oleh hasil penelitian, ternyata orang suka bermedia sosial karena sensasi yang diperoleh dari kegiatan tersebut sama dengan sensasi yang diperoleh dari melakukan hubungan seks, salah satunya.

Peneliti Harvard membagi penelitian yang dilakukan kepada 300 orang tersebut dalam dua bagian. Pertama, peserta yang dites dihubungkan dengan sebuah mesin MRI untuk bisa melihat aktifitas otak para peserta saat mereka menjawab pertanyaan tentang pendapat mereka sendiri dan pertanyaan tentang pendapat orang lain.

Para peneliti menemukan bahwa area otak yang terkait dengan reward atau penghargaan, yaitu nucleus accumbens (NAcc) dan area tegmental ventral (VTA) sangat terlibat ketika orang-orang berbicara tentang diri mereka sendiri, dan kurang terlibat ketika mereka berbicara tentang orang lain. Peneliti juga menemukan bahwa peserta  tes akan menolak uang  (beberapa sen) agar berbicara tentang orang lain, dan lebih memilih menikmati sensasi yang lebih menyenangkan berbicara tentang diri mereka sendiri.

Bagian kedua dari penelitian tersebut adalah tentang betapa pentingnya  memiliki audien yang mendengarkan seseorang di media sosial ketika mengungkapkan diri. Peneliti menemukan aktifitas reward yang lebih besar di otak ketika pengguna media sosial membagi pikiran, pendapat atau apapun dengan audien mereka dibandingkan jika pikiran atau pendapat tersebut disimpan sendiri.

Hal ini tentunya memiliki risiko over share. Artinya karena reward yang besar, yaitu kesenangan membagi segala sesuatunya di media sosial, pengguna media sosial cenderung tidak memperhatikan apa saja yang layak dibagi. Akibatnya hal yang dibagi di media sosial tersebut malah merugikan pengguna media sosial. Misalnya, ketika seorang penjahat yang melakukan bualan di Facebook tentang kejahatan yang baru dilakukannya membuatnya lebih mudah untuk ditangkap. Contoh lain membagi rahasia pribadi kehidupan rumah tangga di media sosial membuat hubungan dengan pasangan menjadi renggang.

Penelitian ini sungguh sebuah jawaban yang bagus untuk mengetahui jawaban mengapa orang menggunakan media sosial secara ekstensif. Tampaknya  pengguna media sosial sangat menikmati berbagi informasi apa saja, tidak peduli bersifat rahasia dengan pengguna media sosial lainnya.

Sumber: PDF, LA Times, Guardian, independent.ie

Android Makin Menguasai Pasar Smartphone Dunia

Android atai si Robot Hijau
 sumber:4bp.blogspot.com

IDC telah mengumumkan hasil tracking yang mereka lakukan di kuartal ketiga tahun 2012 ini beberapa waktu yang lalu. Hasilnya cukup mencengangkan, di mana secara world wide Android menguasai pasar smartphone dengan penguasaan pasar 75%. Ini artinya setiap empat smartphone yang terjual, tiga di antaranya smartphone berbasis Android, sisa satunya lagi diperebutkan oleh iPhone, BlackBerry, Symbian, dan Windows Phone. Penguasaan pasar Android tersebut meningkat cukup signifikan dibandingkan kuartal ketiga tahun 2011 yang lalu. Saat itu Android menguasai 57,5% pasar smartphone dunia.

Seperti dinyatakan oleh Google, kini setiap hari ada 1,3 juta unit Android diaktifkan setiap hari. Sebagian besar tentunya smartphone. Dari beberapa vendor Android, Samsung merupakan vendor utama. Dalam laporan kuartal ketiga Samsung beberapa hari yang lalu diketahui pada kuartal ketiga 2012 mereka mengapalkan 56,9 juta unit smartphone. Bisa dipastikan hampir keseluruhannya adalah smartphone berbasis Android. Dengan jumlah pengapalan sebanyak itu, Samsung menguasai pasar smartphone dunia dengan penguasaan pasar sebesar 35% lebih dari dua kali penguasaan pasar Apple Inc. yang sebesar 17%.

Kembali ke data yang dirilis IDC, selama kuartal ketiga jumlah unit smartphone yang dijual mencapai 181,1 juta unit. Android terjual 136 juta unit, sedangkan iPhone terjual sebanyak 26,9 juta unit. Jumlah unit Android yang terjual tersebut seperti perbedaan antara langit dengan bumi bila dibandingkan dengan BlackBerry yang hanya menjual sebanyak 7,7 juta unit dan Windows Phone yang hanya 3,6 juta unit.


Namun penguasaan pasar tersebut perlu kita analisis lebih jauh. Berdasarkan catatan Kantar World Panel dalam pencacahan selama 12 minggu yang berakhir pada bulan September kemarin, penguasaan pasar Android di Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 8,9% dibandingkan pencacahan yang dilakukan setahun sebelumnya. Selain di Amerika Serikat, di sebagian besar negara Eropa Android mengalami peningkatan penguasaan pasar, yang terbesar terjadi di Jerman sebesar 24,2%.

Sistem operasi smartphone yang lain seperti BlackBerry dan Windows Phone ternyata tidak bisa memberikan perlawanan berarti terhadap Android dan iOS Apple Inc. Patut diperhatikan bahwa walaupun hanya menjual 26,9 juta iPhone, Apple Inc. tetap menjadi perusahaan dengan tingkat keutungan paling tinggi di pasar smartphone. Hal ini karena ketetapan margin tinggi dalam penjualan iPhone. Apple Inc. juga patut diapresiasi karena hanya vendor ini yang mampu memberikan perlawanan yang cukup sengit terutama di Amerika Serikat terhadap Android. Sesuai dengan catatan Kantar World Panel, pada tahun 2011, Apple Inc hanya menguasai pasar smartphone AS sebesar 21,5%. Namun di tahun 2012 penguasaan pasarnya meningkat sangat tinggi ke angka 35,7% atau peningkatan sebesar 14,2% dalam setahun.

Jika dihubungkan data yang dirilis IDC dan Kantar World Panel ini terlihat bahwa meskipun Android mengalami peningkatan pasar signifikan secara world wide, namun penguasaan pasarnya di AS mulai digerogoti oleh iOS Apple Inc. Perlu juga dilihat pengaruh perang paten antara Samsung dan Apple Inc. di AS, di mana sejauh ini Samsung sebagai vendor utama Android mengalami kekalahan dan harus membayar denda sebesar 1,05 miliar dollar AS. Juga karena perang paten, beberapa smartphone Samsung tidak boleh dijual di pasar, seperti Galaxy Nexus dan Galaxy S 2.

Namun berbeda dengan di AS, di luar AS terutama Eropa, Samsung lebih sering memenangkan pertarungan paten dibandingkan Apple Inc. Tidak mengherankan tentunya pasar Android di Eropa terus mengalami peningkatan karena hampir tidak ada penghalang dalam melakukan penjualan handset seperti yang dialami di AS.

Penguasaan pasar Android ini tentu ditopang oleh banyaknya vendor yang berpartisipasi dalam menghasilkan smartphone berbasis Android. Sejauh ini nama-nama vendor tersebut adalah Samsung, LG, Sony, Panasonic, Sharp, ZTE, Huawei, Acer, Lenovo dan masih banyak lagi. Dengan vendor yang lebih banyak sudah pasti handset yang dihasilkan juga lebih banyak. Belum lagi jika kita lihat di dalam negeri, cukup banyak vendor lokal seperti Smart dan Polytron yang menghasilkan smartphone berbasis Android.

Vendor yang sangat banyak juga akan menguntungkan dari sisi harga bagi konsumen. Konsumen bisa memilih smartphone yang sesuai dengan dana yang mereka miliki. Mulai dari harga ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah, Android menyediakan smartphone yang tidak kalah baiknya dibandingkan dengan vendor lain semacam Nokia dan RIM BlackBerry.
Konsumen yang sensitif dengan harga, namun ingin menikmati teknologi touch screenmasih bisa memperoleh smartphone dengan harga satu jutaan. Bila kita bandingkan dengan BlackBerry dengan teknologi 2G, paling murah 1,5 juta. Android dengan harga yang sama sudah memberikan teknologi 3,5G.

Dengan beberapa kelebihan tersebut, cukup pantas Android memimpin pasar smartphone dunia. Bagi BlackBerry yang akan kembali meramaikan pasar smartphone di awal tahun 2013 nanti merupakan tugas yang sangat sulit untuk menandingi Android dari sisi harga. Demikian juga Windows Phone di mana Nokia menjadi ujung tombaknya. Akan sangat sulit bagi Nokia bertarung dari sisi harga dengan Android. BIsa diperkirakan Android akan masih mendominasi pasar smartphone untuk beberapa waktu ke depan.

Tablet Android Menggerus Pangsa Pasar iPad

Nexus 7 Tablet Android Google
sumber: anandtech.com

iPad kini menghadapi persaingan yang sengit pasar tablet. Sesungguhnya, semenjak ada Android, iPad sudah ada lawan di pasar, tidak hanya dari Android, tetapi juga dari RIM yang merilis BlackBerry PlayBook. Sayangnya, tablet versi awal dari Android dan RIM tersebut gagal bersaing dengan iPad. Lebih parah lagi, BlackBerry PlayBook yang diharapkan menjadi iPad Killer malah melempem penjualannya. Boleh dikatakan tablet besutan RIM ini gagal total.

Demikian juga dengan tablet Android yang dipasarkan dengan OS Android Froyo dan Honeycomb. Hampir tidak bisa menunjukkan perlawanan yang berarti terhadap iPad Apple Inc. Namun demikian, seiring waktu dan sistem operasi Android yang semakin baik, tablet Android makin bisa bertarung head to head dengan iPad. Hal ini dibuktikan dengan adanya laporan dari IDC yang menunjukkan pasar iPad terus turun dibandingkan beberapa waktu yang lalu.

Dalam laporannya, IDC menyebutkan bahwa tablet Android kini memiliki pangsa pasar 37,4% di kuartal ketiga tahun 2012 ini. Pangsa pasar iPad kini tinggal 50,4%, padahal di kuartal ketiga tahun 2011 yang lalu, masih berada di angka 59,7%. Coba kita lihat data berikut ini.

Sumber: IDC
Pangsa pasar tablet Android sebesar 37,4% tersebut berasal dari empat vendor utama. Patut dicatat pula bahwa Amazon yang merilis Kindle Fire termasuk ke dalam tablet Android, meskipun sudah sangat dikustomisasi oleh Amazon. Dari daftar vendor seperti terlihat di tabel, Samsung mengalami peningkatan pangsa pasar yang sangat signifikan. Pada kuartal ketiga tahun 2011 yang lalu, Samsung hanya menguasai pasar sebesar 6,5%. Namun dalam setahun, Samsung dapat meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 18,4% atau kenaikan sebesar 325%.


Demikian juga dengan ASUS. Pada bulan Juni yang lalu, ASUS bekerja sama dengan Google meluncurkan Nexus 7, tablet ukuran 7 inchi yang sangat sukses di pasar. Kesuksesan tersebut dilatarbelakangi oleh fitur yang bagus, tetapi dengan harga yang sangat murah. Di beberapa laporan, ASUS mengatakan bahwa mereka sampai mengapalkan satu juta Nexus 7 dalam satu bulan.

Meningkatnya pangsa pasar tablet Android tentu tidak terlepas dari keinginan Google untuk bersaing dengan Apple Inc. di pasar tablet. Tahun 2012 ini Google juga turut andil dengan merilis Nexus Tablet yang dihargai sangat murah. Dengan strategi harga murah ini, tablet Android akan bisa bersaing di pasar dengan iPad. 

Perlu kita perhatikan bahwa menurunnya pasar iPad lebih karena masuknya tablet Android ke pasar dengan harga yang relatif murah. Secara pengapalan, kita bisa melihat bahwa jumlah iPad yang dikapalkan Apple justru meningkat dibandingkan dengan data kuartal ketiga tahun 2011. Namun karena pertumbuhan pengapalan iPad lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pengapalan tablet Android, akibatnya penguasaan pasar Apple Inc menurun.

Data di atas juga menunjukkan bahwa iPad bukan lagi satu-satunya pilihan bagus di pasar tablet. Kesuksesan Kindle Fire dari Amazon dan Nexus 7 dari ASUS cukup jadi bukti bahwa konsumen memiliki pilihan yang tidak kalah baiknya dibandingkan iPad. Apalagi, baru-baru ini Google bersama Samsung merilis Nexus 10, tablet berukuran 10 inchi dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan iPad. Tidak itu saja, Microsoft telah mulai mengapalkan tablet Surface yang menandai keikutsertaan mereka secara langsung di pasar tablet.

Dengan demikian, iPad kini digempur oleh beberapa vendor sekaligus. Di sisi harga, Android memberikan harga yang relatif lebih murah melalui seri Nexus Tablet dan Kindle Fire. Di sisi fitur dan mungkin kualitas hardware Microsoft Surface siap menantang iPad. 

Tentu saja akan sangat menarik melihat komposisi pangsa pasar tablet di kuartal keempat tahun 2012. Perkiraan awal, saya kira iPad akan terus mengalami penurunan pangsa pasar. Tidak hanya karena makin banyaknya konsumen memilih tablet Android yang relatif murah, tetapi juga serangan Surface dengan sokongan penuh dari Microsoft. Saya perkirakan juga, tengah tahun 2013 nanti, Android akan menguasai pasar tablet, mengalahkan iPad Apple Inc.